Beberapa hari lalu,
sebuah kata yang cukup menggelitik terdengar di telinga.
“Kalau MASIH PACARAN,
tidak PERLU setia”.
Hhhhmmm...... Jauh dari
kata “konsisten” mengenai sikapnya sendiri. Lalu sebenarnya apa definisi kata “SETIA” itu sendiri?
Dalam kamus besar bahasa indonesia kata setia memiliki arti,
(1) berpegang teguh (pd janji, pendirian, dsb)
(2) tetap dan teguh hati (dl persahabatan dsb )
(3) berpegang teguh (dl pendirian, janji, dsb).
Sedangkan kata kesetiaan itu berarti keteguhan hati; ketaatan (persahabatan, perhambaan, dsb); kepatuhan.
Dari penjelasan definisi di atas, ternyata definisi kata “Setia” memiliki arti kata yang cukup luas. Namun kali ini, kita persempit dalam hubungan antar pasangan.
Lalu,
Apakah setia = tidak
selingkuh? seperti masyarakat umum
katakan?
Hhhhmmmm,, mungkin bisa
dikatakan seperti itu. Lalu pertanyaan
kembali muncul.
Mengapa seseorang bisa
SELINGKUH?
Beberapa jawaban mungkin
seperti :
- ·
Sudah tidak
cinta lagi !
- ·
Sudah tidak
nyaman lagi !
- ·
Sering
bertengkar !
- ·
Mengejar
kesempurnaan yang tidak dimiliki pasangan sekarang !
- ·
Jatuh cinta
pada orang lain, dan sebagainya.
Dan dengan rasa percaya
diri, terciptalah sebuah kalimat bahwa “SELINGKUH mengalahkan CINTA”.
Jika seseorang
telah mencintai pasangannya, dia tidak akan pernah dengan mudah untuk selingkuh. Karena cinta dan kesetiaan memiliki hubungan yang terikat satu sama lain dan saling mendukung.
Tapi, apakah pernyataan di atas itu benar? Tapi kenyataan yang ada?
Setia adalah sebuah kata
yang menurutku complicated.
SE =
SELALU
T =
TERIMA
I =
IA
A =
APA ADANYA
Pertanyaan kembali
muncul,
“Sudahkah aku SETIA?”.
"Sudahkah aku Selalu Terima Ia Apa Adanya?"
Pertanyaan yang sampai
saat ini sulit untuk aku jawab.